“Gulali”
Semua orang tahu bagaimana rasa dari
gulali, gulali itu manis, gulali itu penuh warna, gulali itu lembut, bahkan
yang lebih unik dari gulali yaitu ia bisa membuat dirinya besar sebesar kepala
padahal aslinya hanya sebesar jempol, itulah kehebatan gulali. Tapi cerita ini
tidak menceritakan kisah tentang pembuatan gulali, cerita ini mengisahkan
tentang kisah cinta sepasang kekasih Roby dan Lia. Roby adalah seorang lelaki
beralis tebal, di bawah tenunan alisnya yang tebal juga terdapat dua bola mata
yang selalu berbinar dan mungkin setiap kali orang memandang selalu berkata
“wah… matanya indah sekali” kata kata itulah yang sering membuat Lia cemburu,
bibirnya yang terlihat manis waktu ia cemberut atau tersenyum itulah yang
membuat Lia begitu mencintainya bahkan tak pernah merelakannya bersama orang
lain selain dia. Lia adalah gadis imut yang hitam manis dan memiliki hidung
yang mancung serta memiliki rasa humor yang tinggi. Roby dan Lia sudah menjadi
sepasang kekasih selama kurang lebih empat tahun, atau yang paling tepat 13
maret waktu mereka kelas III SMP, setelah pedekate dari kelas satu sampai kelas
dua atau selama dua tahunan akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih. setiap
sore sabtu mereka selalu nongkrong di sebuah taman di dekat rumah Lia, setiap
kali jalan mereka selalu membeli gulali yang dijual di sekitar taman tersebut,
kegiatan itu bahkan menjadi kegiatan rutin kencan mereka, membeli gulali itu
berawal pada saat mereka jadian.
Sore itu Roby mengajak Lia ketemuan
di taman dekat rumahnya, Lia pun mengiyakannya. Mulai jam tiga siang Lia
menyiapkan dirinya mulai dari baju hingga aksesoris yang ia pakai dan pada
akhirnya ia memilih menggunakan dress berwarna pink muda dan dengan rambut yang
dikuncir rapi dan jepitan rambut kecil bermotif bunga matahari yang di jepitkan
diujung poni rambutnya. Roby pun hampir tak mengenali Lia sewaktu pertama
melihat Lia berdandan seperti itu, biasanya ia melihat Lia hanya menggunakan
celana jeans dan kaos oblongnya. Lia juga kaget pas waktu pertama bertemu Roby
di taman, kenapa? Karena ia mengira Roby mau ngajakin dia nonton lalu beli es
cream, tapi ternyata sore itu Roby Cuma ngajak Lia duduk duduk di taman sambil
membicarakan pelajaran. “ah males banget gue kalau bicarain masalah pelajaran
mulu” ucap Lia memberikan aba-aba agar Roby melakukan hal yang lebih
menyenangkan. “yasudah, kamu tunggu di sini yah… aku mau beli gulali dulu”
sahut Roby. “gulali ??? terserah lu aja dah” jawab Lia yang merasa kurang srek
untuk makan gulali dia berfikir memangnya nggak ada lagi yang lebih enak dari
gulali. Setelah menunggu selama kira-kira 10 menit akhirnya Roby pun datang
membawa dua buah gulali besar berwarna biru. Awalnya Lia memang tidak mau
memakan tapi setelah mencicipi akhirnya ketagihan dan melahap gulali itu dengan
cepat pas waktu ketika gulalinya sudah hampir habis ia melihat secarik kertas
di tengah-tengah sisa gulali tersebut, secarik kertas yang bertuliskan “aku
ingin membahagiakanmu dan bolehkah aku mencintaimu?”. Berawal dari kata itulah
mereka jadian hingga sekarang, setelah hari itu menjadi hari empat tahun yang
lalu.
Roby memang tipe cowok yang lembut
seperti gulali semarah marahnya dia dengan Lia dia tak pernah berkata kasar
apalagi sampai memukul, itulah yang membuat Lia semakin jatuh hati dengan
pujaan hatinya tersebut, sedangkan Lia adalah tipe cewek konyol yang selalu
membuat Roby tertawa, namun kekonyolan itulah yang membuat Roby tak bisa lepas
dari bidadarinya itu. Setiap kali Lia ulang tahun Roby selalu memberikan
kejutan yang romantis, Roby pernah memberi kejutan pada waktu acara bulan
bahasa di sekolah mereka yang di adakan sampai jam 12 malam, malam itu juga
adalah malam ulang tahun Lia, karena Roby juga termasuk panitia dalam acara itu
ia meminta kepada ketua pelaksana acara agar memberikan ia waktu setelah acara
selesai. Ketika acara sudah hampir selesai siswa-siswa juga sudah mau pulang
tiba-tiba lampu mati dan seketika itu Lia yang takut kegelapan langsung
berteriak histeri ketakutan. Siswa-siswa memang sudah di beri tahu kalau malam
itu ada kejutan untuk Lia hanya diam melihat Lia yang menangis ketakutan.
Tiba-tiba dari kejauhan Lia melihat sebuah lilin menyala, tanpa berfikir lagi
ia langsung berlari mengejar lilin tersebut ketika sampai di dekat lilin itu
tiba-tiba terdengar lantunan puisi dari atas panggung.
“gulali”
Selayang rajutan benang
Selembut kemanisan yang terpancar
Menggetarkan gairah ratapan
Gulaliku
Tak menangis ketika senyuman sirna
Ketenangan kala manismu menyerbak di kalbu
Laksana bidadari bermahkota sang fajar
Bercahaya…
Memancarkan kehidupan untuk sebuah kematian
Kala pekat gelap ia merintih
Datanglah gulaliku…
Temukan damai dalam dekapku
Kemudian
lampu di dalam ruangan langsung menyala dan Lia langsung naik ke atas panggung
sambil memeluk Roby dengan tangisan, kemudian terdengar lagu “Happy Birthday”
yang dinyanyikan oleh teman-teman sekolah mereka dan salah satu teman mereka
ada yang membawakan kue ke atas panggung tempat Lia dan Roby berada. Banyak
hal-hal romantis yang sering mereka lakukan bersama, Roby yang dimanapun dan
kapanpun selalu melindungi Lia dan Lia yang selalu berbagi kasih dan
kekonyolannya dengan Roby membentuk sebuah kenangan yang terukir manis diantara
keduanya sampai pada akhirnya mereka lulus SMA. Sepasang sejoli ini pernah
berjanji agar tidak pernah saling meninggalkan dan saling berjauhan akhirnya
mendapat sebuah hal yang menjadi awal keretakan hubungan mereka.
Sore itu seperti sore sabtu setiap
minggunya mereka santai di taman sambil menikmati gulali, tapi sore itu Lia
melihat ada yang berbeda dari raut wajah kekasihnya namun ia mengurungkan
niatnya untuk bertanya karena mungkin situasinya kurang tepat, tetapi akhirnya
sebelum ia bertanya ia telah menemukan jawabannya, seperti pada awal Roby
nembak Lia dulu, kini Roby mengungkapkan perasaannya di secarik kertas yang ada
dalam gulali lagi. “Aku Pergi” dua kata yang berhasil membuat air mata Lia
mengalir dengan derasnya.
“kamu
beneran mau pergi? Mau pergi kemana? Mau ninggalin aku? Apa aku tak pantas lagi
untuk disayangin?” Tanya Lia sambil memukul bahunya Roby.
“bukan..”
belum sempat Roby melanjutkan jawabannya Lia langsung memotong.
“aku
tau kok, aku tu nggak romantic, aku konyol, tapi kok kamu setega itu ninggalin
aku.. kamun udah janji loh rob untuk takkan pernah ninggalin aku. Kamu Cuma
bercanda kan?” tangisan Lia semakin menjadi.
“Tolong
dengerin aku Li.. aku tuh sayang sama kamu, tapi orang tuaku menginginkan aku
untuk kuliah keluar negri” jelar Roby
sambil merangkul bahunya Lia.
“trus
kalau kamu keluar negri siapa yang bakalan nemenin aku makan gulali, siapa yang
bakalan ngasih aku surprise romantis buat aku?? Kamu tega rob.. kamu mohon kamu
jangan pergi rob.. aku sayang sama kamu” Lia pun membuang sisa gulalinya dan memeluk
erat Roby seakan itu pertemuan terakhir mereka.
“Li..
aku mohon kamu ngertiin aku kali ini yah.. aku tau kamu wanita yang paling
pengertian. Aku janji di luar negri aku nggak bakalan macam macam, trus aku
janji nggak bakalan makan gulali sama bule-bule cantik di sana. Kamu senyum
dong… nanti kamu nggak manis kaya gulali lagi kalo nangis” Roby mulai membujuk
Lia.
“tapi
kamu janji yah.. bakalan balik ke indo setiap kali libur semester dan setiap
anniversary hubungan kita kamu masih tetap ngasih surprise special buat aku”
Lia mulai meredakan tangisannya.
“iya
gulaliku yang manis, tapi kamu jangan nangis lagi yah janji sama aku” Roby
mencium kening Lia yang sedari tadi tidak lepas dari pelukannya.
“memangnya
kalau aku nangis kenapa? Kan kamu nggak tau juga aku nangis atau nggak” Lia
menatap mata Roby dengan binaran air mata yang hampir keluar lagi dari matanya.
“sayang…
meskipun aku jauh dari kamu dan meskipun aku nggak liat kamu nangis atau nggak
asal kamu tau kalau kamu tuh nangis jantungku berdetak lebih cepat dan air
mataku pun bisa menetes dengan sendirinya. Jadi, kamu jangan pernah nangis yah
walaupun aku nggak ada nanti kalau kamu nangis jantungku bisa sakit juga”
terakhir kali Roby mencium tangan Lia dan kemudian air matanya juga menetes.
Enam bulan pertama mereka berpisah
Roby mulai berubah, dia lebih sering marah dari pada ramah dan pada saat libur
semester Roby tidak pulang ke Indonesia seperti janjinya. Lia yang setiap
harinya perhatian terhadap Roby mulai bosan dengan sifat Roby yang drastis
berubah selama di luar negri. Pada saat hari jadian mereka pun Roby hanya
mengirimkan hadiah sebuah kalung yang liontin bermotif bunga matahari seperti
jepit rambut yang dipakai Lia waktu Roby nembak dia dulu. LDR yang membuat
hubungan mereka tak terurus , kini untuk mendengar suara Roby sebulan sekali
pun sulit, Lia mulai curiga terhadap Roby yang tak pernah datang mengunjunginya
lagi serta nomor nya yang selalu sibuk ketika dihubungi. Setelah hampir dua
tahun jauh dari Roby dan hampir setengah tahun tak ada hubungan lagi Lia
menghadari hari harinya dengan uring-uringan dan pada suatu hari ia menelpon
Roby tiba-tiba yang ngangkat cewek trus bilangnya salah sambung. Lia langsung
nangis dan kesal dengan Roby yang tega teganya nyelingkuhin dia yang selama ini
bertahan setia untuk Robynya seorang.
Lia memang marah dengan Roby bahkan
dia benci sebenci bencinya namun rasa marah dan bencinya kalah dengan rasa
cinta serta rasa rindunya. Pada akhirnya ia menghubungi seorang temannya yang
juga kuliah di luar negri dan di kabarkan satu kampus dengan Roby. Setelah
mendapatkan nomer dan alamat sosial media seorang teman mereka waktu SMA yang
bernama Yoga, Lia menghubungi dan bertanya banyak tentang Roby namun betapa
terkejutnya Lia setelah tau kalau Roby tak pernah kuliah di luar negri.
Kemudian ia pun mencari tahu lagi tentang keberadaan Roby namun tak ada hasil
keluarga Roby pun sudah tak ada yang bisa dihubungi lagi, alamat rumahnya pun
sudah pindah dan rumahnya sudah lama kosong kata tetangga rumah Roby.
Seminggu setelah kedatangan Lia
kerumah Roby yang sudah lama kosong tiba-tiba hp nya di telpon sebuah nomer
baru yang tidak Lia kenal. Suara perempuan yang asing di telinga Lia.
“halo,
ini bener Lia?”
“ia..
ini saya, ini siapa yah?”
“kamu
nggak perlu tau siapa aku, yang pasti mulai sekarang kamu harus lupaiin Roby”
“hah?
Emang lo siapa? Eh bilangin yah sama Roby nggak perlu membuat aku tersenyum
kalau akhirnya bikin nangis juga dan bilangin juga sama dia kalau aku benci
banget sama dia” Lia langsung membanting tubuhnya ke kasur dan menutup telpon
kemudian isak tangis pun menggema di kamar kesayangannya yang di setiap sudut
terdapat foto kenangannya bersama Roby.
Kenangan yang terukir di sekeliling
kamarnya tak terlihat lagi, semuanya sudah tersimpan dalam sebuah kotak yang
siap dibuangnya, benda terakhir yang akan dimasukkannya dalam kotak tersebut
adalah liontin yang diberikan Roby pada saat mereka LDR. Setelah kalung itu
lepas dari lehernya tiba-tiba ibu mengetuk pintu dan memberikan sebuah surat
dan sebuah paket kepada Lia namun, nama
pengirimnya tidak tertulis. Melihat sebuah surat dan sebuah paket yang tidak
jelas pengirimnya Lia tidak membukanya dan menaruhnya di bawah meja belajarnya,
kemudian ia keluar dan membakar kotak yang berisi seribu kenangan masa lalunya
yang pahit. Setelah membakar kotak Lia kembali masuk ke dalam kamar dan
menangis mengingat betapa jahatnya orang yang sangat dikasihinya, lalu matanya
tertuju pada sebuah liontin yang tak sempat ia masukan kedalam kotak, entah
kenapa hatinya sangat berat untuk membakar liontin itu.
Sudah hampir lebih satu minggu Lia
mengurung diri di kamar, ibu Lia tahu kalau putrinya sedang tertekan hatinya,
sebagai seorang ibu, mama Lia selalu mencurahkan segala kasih sayangnya kepada
Lia agar sakit hati putrinya berkurang, mengajak Lia nonton, jalan-jalan, dan
hal hal yang dahulu sangat disukai Lia namun, hasilnya percuma Lia tetap saja
murung. Pernah pada suatu ketika mama Lia memperkenalkan Lia dengan cowok anak
temannya arisan, anak cowoknya ganteng dan ramah namun tetap tak menggetarkan
hati Lia, ia malah mengajak ibunya untuk pulang dengan alas an sakit kepala.
Sekian lama uring-uringan di kamar
kemudian mata Lia tertuju pada sebuah paket dan di atasnya terdapat sebuah
surat yang sudah lama ia terima namun tak pernah disentuhnya. Entah kenapan
hari itu Lia mulai penasaran dengan kiriman itu, setelah kiriman itu diambilnya
dan mencari-cari kembali nama pengirimnya namun memang benar kata mama Lia
kalau pengirimnya tidak ada. Lia memang tak menemukan nama pengirim namun ia
menemukan sebuah puisi yang taka sing baginya puisi berjudul “GULALI” yang
membuat air matanya seketika menetes dan mengalir. Ya.. itu puisi yang pernah
di bacakan Roby buat dia waktu malam ulang tahunnya di bulan bahasa waktu
mereka sekolah dulu. Dengan iringan tangisan Lia membuka paket tersebut dan di
dalamnya terdapat sebuah gulali yang sudah lama, gulali itu sudah mencair
menjadi air gula berwarna biru. Kemudian bergegas Lia membuka surat yang
dikirim oleh orang yang sangat dicintainya itu.
“hai… gulaliku”
Sayang… waktu kau baca surat ini aku
mohon agar kau menyapu air matamu dulu, aku tau kamu sedih, kamu lagi nangis
kan, kamu memang cengeng ah. Sudahlah… jangan menangis, kamu bayangkan saja
sekarang kamu dan aku lagi makan gulali biru yang melambangkan tanda cinta
kita. Tapi kali ini kita makan gulalinya beda tempat yah.. soalnya aku nggak
bisa menemenin kamu dari dekat lagi, tapi kamu harus tetap makan gulali yang
aku kirimkan. Ma’af yah… dulu aku bohongin kamu, sebenarnya aku keluar negri
bukan untuk kuliah, tapi untuk berobat, supaya aku bisa sehat dan bisa
melindungin kamu lagi, aku menderita penyakit jantung sayang dan dokter bilang
umurku sudah tak cukup lama lagi, makanya aku bilang ke kamu aku mau pergi, aku
pergi memang perlahan-lahan supaya kamu bisa lupain kamu, sekali lagi aku minta
ma’af yah aku sering marahin kamu waktu kita jauh , itu semua aku lakuin agar
kamu benci sama aku. Setelah kamu baca surat ini, mungkin aku sudah nggak ada
lagi, kamu jangan sedih lagi yah sayang… nanti jantung aku sakit lagi. Aku
sayang banget sama kamu, cewek yang waktu itu nelpon kamu itu sepupu aku, aku
maksa dia untuk pura-pura jadi kekasih aku yah.. itupun juga untuk membuat kamu
benci sama aku. Kamu sekarang pasti cantik banget, manis banget, semanis gulali
yang sering kita makan dan semanis kenangannya. Tapi kenangan itu harus kamu
lupakan, karna pelindung barumu akan segera hadir dan jangan pernah menolak
kehadirannya ya sayang. Aku mencintaimu semanis gulali namun kau pasti tahu
kalau gulali itu juga akan mengecil pada akhirnya. Pesan terakhirku, jangan
pernah menutup hatimu untuk siapapun, Warnai harimu seindah warna warni gulali.
“I LOVE YOU LIA”
Lia tak menyangka orang yang ia kira
jahat dan membuatnya menderita ternyata lebih menderita dari pada dirinya. Kini
ia mengerti makna cinta sejati yang tak harus memiliki. Sekarang Lia sudah
menikah dan mempunyai seorang anak laki-laki yang di beri nama Roby, nama itu
diberikan oleh suaminya sendiri yang bernama Reza sepupu dari Roby. Lia memang
masih mencintai Roby namun karena kebaikan Reza ia mampu melupakan Roby dengan
perlahan, Reza yang mengerti perasaan Lia selalu berusaha membahagiakan
istrinya karena ia tahu kalau ketulusan akan mengalahkan segalanya, kini setiap
sore sabtu Lia tak lagi makan gulali di taman, sekarang setiap sore sabtu Lia
selalu mengunjungi makam Roby bersama Roby junior dengan membawa bunga
matahari, Reza pun kalau sedang tidak sibuk dengan pekerjaannya juga ikut
mengunjungi makan sepupunya.
gulali yang dijual amang imis
BalasHapusgulali lagu rhoma irama... yeni mana neh yeni
BalasHapus