Senin, 07 Maret 2016

CERPEN "GULALI"

“Gulali”
            Semua orang tahu bagaimana rasa dari gulali, gulali itu manis, gulali itu penuh warna, gulali itu lembut, bahkan yang lebih unik dari gulali yaitu ia bisa membuat dirinya besar sebesar kepala padahal aslinya hanya sebesar jempol, itulah kehebatan gulali. Tapi cerita ini tidak menceritakan kisah tentang pembuatan gulali, cerita ini mengisahkan tentang kisah cinta sepasang kekasih Roby dan Lia. Roby adalah seorang lelaki beralis tebal, di bawah tenunan alisnya yang tebal juga terdapat dua bola mata yang selalu berbinar dan mungkin setiap kali orang memandang selalu berkata “wah… matanya indah sekali” kata kata itulah yang sering membuat Lia cemburu, bibirnya yang terlihat manis waktu ia cemberut atau tersenyum itulah yang membuat Lia begitu mencintainya bahkan tak pernah merelakannya bersama orang lain selain dia. Lia adalah gadis imut yang hitam manis dan memiliki hidung yang mancung serta memiliki rasa humor yang tinggi. Roby dan Lia sudah menjadi sepasang kekasih selama kurang lebih empat tahun, atau yang paling tepat 13 maret waktu mereka kelas III SMP, setelah pedekate dari kelas satu sampai kelas dua atau selama dua tahunan akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih. setiap sore sabtu mereka selalu nongkrong di sebuah taman di dekat rumah Lia, setiap kali jalan mereka selalu membeli gulali yang dijual di sekitar taman tersebut, kegiatan itu bahkan menjadi kegiatan rutin kencan mereka, membeli gulali itu berawal pada saat mereka jadian.
            Sore itu Roby mengajak Lia ketemuan di taman dekat rumahnya, Lia pun mengiyakannya. Mulai jam tiga siang Lia menyiapkan dirinya mulai dari baju hingga aksesoris yang ia pakai dan pada akhirnya ia memilih menggunakan dress berwarna pink muda dan dengan rambut yang dikuncir rapi dan jepitan rambut kecil bermotif bunga matahari yang di jepitkan diujung poni rambutnya. Roby pun hampir tak mengenali Lia sewaktu pertama melihat Lia berdandan seperti itu, biasanya ia melihat Lia hanya menggunakan celana jeans dan kaos oblongnya. Lia juga kaget pas waktu pertama bertemu Roby di taman, kenapa? Karena ia mengira Roby mau ngajakin dia nonton lalu beli es cream, tapi ternyata sore itu Roby Cuma ngajak Lia duduk duduk di taman sambil membicarakan pelajaran. “ah males banget gue kalau bicarain masalah pelajaran mulu” ucap Lia memberikan aba-aba agar Roby melakukan hal yang lebih menyenangkan. “yasudah, kamu tunggu di sini yah… aku mau beli gulali dulu” sahut Roby. “gulali ??? terserah lu aja dah” jawab Lia yang merasa kurang srek untuk makan gulali dia berfikir memangnya nggak ada lagi yang lebih enak dari gulali. Setelah menunggu selama kira-kira 10 menit akhirnya Roby pun datang membawa dua buah gulali besar berwarna biru. Awalnya Lia memang tidak mau memakan tapi setelah mencicipi akhirnya ketagihan dan melahap gulali itu dengan cepat pas waktu ketika gulalinya sudah hampir habis ia melihat secarik kertas di tengah-tengah sisa gulali tersebut, secarik kertas yang bertuliskan “aku ingin membahagiakanmu dan bolehkah aku mencintaimu?”. Berawal dari kata itulah mereka jadian hingga sekarang, setelah hari itu menjadi hari empat tahun yang lalu.
            Roby memang tipe cowok yang lembut seperti gulali semarah marahnya dia dengan Lia dia tak pernah berkata kasar apalagi sampai memukul, itulah yang membuat Lia semakin jatuh hati dengan pujaan hatinya tersebut, sedangkan Lia adalah tipe cewek konyol yang selalu membuat Roby tertawa, namun kekonyolan itulah yang membuat Roby tak bisa lepas dari bidadarinya itu. Setiap kali Lia ulang tahun Roby selalu memberikan kejutan yang romantis, Roby pernah memberi kejutan pada waktu acara bulan bahasa di sekolah mereka yang di adakan sampai jam 12 malam, malam itu juga adalah malam ulang tahun Lia, karena Roby juga termasuk panitia dalam acara itu ia meminta kepada ketua pelaksana acara agar memberikan ia waktu setelah acara selesai. Ketika acara sudah hampir selesai siswa-siswa juga sudah mau pulang tiba-tiba lampu mati dan seketika itu Lia yang takut kegelapan langsung berteriak histeri ketakutan. Siswa-siswa memang sudah di beri tahu kalau malam itu ada kejutan untuk Lia hanya diam melihat Lia yang menangis ketakutan. Tiba-tiba dari kejauhan Lia melihat sebuah lilin menyala, tanpa berfikir lagi ia langsung berlari mengejar lilin tersebut ketika sampai di dekat lilin itu tiba-tiba terdengar lantunan puisi dari atas panggung.

“gulali”
Selayang rajutan benang
Selembut kemanisan yang terpancar
Menggetarkan gairah ratapan
Gulaliku
Tak menangis ketika senyuman sirna
Ketenangan kala manismu menyerbak di kalbu
Laksana bidadari bermahkota sang fajar
Bercahaya…
Memancarkan kehidupan untuk sebuah kematian
Kala pekat gelap ia merintih
Datanglah gulaliku…
Temukan damai dalam dekapku

Kemudian lampu di dalam ruangan langsung menyala dan Lia langsung naik ke atas panggung sambil memeluk Roby dengan tangisan, kemudian terdengar lagu “Happy Birthday” yang dinyanyikan oleh teman-teman sekolah mereka dan salah satu teman mereka ada yang membawakan kue ke atas panggung tempat Lia dan Roby berada. Banyak hal-hal romantis yang sering mereka lakukan bersama, Roby yang dimanapun dan kapanpun selalu melindungi Lia dan Lia yang selalu berbagi kasih dan kekonyolannya dengan Roby membentuk sebuah kenangan yang terukir manis diantara keduanya sampai pada akhirnya mereka lulus SMA. Sepasang sejoli ini pernah berjanji agar tidak pernah saling meninggalkan dan saling berjauhan akhirnya mendapat sebuah hal yang menjadi awal keretakan hubungan mereka.
            Sore itu seperti sore sabtu setiap minggunya mereka santai di taman sambil menikmati gulali, tapi sore itu Lia melihat ada yang berbeda dari raut wajah kekasihnya namun ia mengurungkan niatnya untuk bertanya karena mungkin situasinya kurang tepat, tetapi akhirnya sebelum ia bertanya ia telah menemukan jawabannya, seperti pada awal Roby nembak Lia dulu, kini Roby mengungkapkan perasaannya di secarik kertas yang ada dalam gulali lagi. “Aku Pergi” dua kata yang berhasil membuat air mata Lia mengalir dengan derasnya.
“kamu beneran mau pergi? Mau pergi kemana? Mau ninggalin aku? Apa aku tak pantas lagi untuk disayangin?” Tanya Lia sambil memukul bahunya Roby.
“bukan..” belum sempat Roby melanjutkan jawabannya Lia langsung memotong.
“aku tau kok, aku tu nggak romantic, aku konyol, tapi kok kamu setega itu ninggalin aku.. kamun udah janji loh rob untuk takkan pernah ninggalin aku. Kamu Cuma bercanda kan?” tangisan Lia semakin menjadi.
“Tolong dengerin aku Li.. aku tuh sayang sama kamu, tapi orang tuaku menginginkan aku untuk kuliah  keluar negri” jelar Roby sambil merangkul bahunya Lia.
“trus kalau kamu keluar negri siapa yang bakalan nemenin aku makan gulali, siapa yang bakalan ngasih aku surprise romantis buat aku?? Kamu tega rob.. kamu mohon kamu jangan pergi rob.. aku sayang sama kamu” Lia pun membuang sisa gulalinya dan memeluk erat Roby seakan itu pertemuan terakhir mereka.
“Li.. aku mohon kamu ngertiin aku kali ini yah.. aku tau kamu wanita yang paling pengertian. Aku janji di luar negri aku nggak bakalan macam macam, trus aku janji nggak bakalan makan gulali sama bule-bule cantik di sana. Kamu senyum dong… nanti kamu nggak manis kaya gulali lagi kalo nangis” Roby mulai membujuk Lia.
“tapi kamu janji yah.. bakalan balik ke indo setiap kali libur semester dan setiap anniversary hubungan kita kamu masih tetap ngasih surprise special buat aku” Lia mulai meredakan tangisannya.
“iya gulaliku yang manis, tapi kamu jangan nangis lagi yah janji sama aku” Roby mencium kening Lia yang sedari tadi tidak lepas dari pelukannya.
“memangnya kalau aku nangis kenapa? Kan kamu nggak tau juga aku nangis atau nggak” Lia menatap mata Roby dengan binaran air mata yang hampir keluar lagi dari matanya.
“sayang… meskipun aku jauh dari kamu dan meskipun aku nggak liat kamu nangis atau nggak asal kamu tau kalau kamu tuh nangis jantungku berdetak lebih cepat dan air mataku pun bisa menetes dengan sendirinya. Jadi, kamu jangan pernah nangis yah walaupun aku nggak ada nanti kalau kamu nangis jantungku bisa sakit juga” terakhir kali Roby mencium tangan Lia dan kemudian air matanya juga menetes.
            Enam bulan pertama mereka berpisah Roby mulai berubah, dia lebih sering marah dari pada ramah dan pada saat libur semester Roby tidak pulang ke Indonesia seperti janjinya. Lia yang setiap harinya perhatian terhadap Roby mulai bosan dengan sifat Roby yang drastis berubah selama di luar negri. Pada saat hari jadian mereka pun Roby hanya mengirimkan hadiah sebuah kalung yang liontin bermotif bunga matahari seperti jepit rambut yang dipakai Lia waktu Roby nembak dia dulu. LDR yang membuat hubungan mereka tak terurus , kini untuk mendengar suara Roby sebulan sekali pun sulit, Lia mulai curiga terhadap Roby yang tak pernah datang mengunjunginya lagi serta nomor nya yang selalu sibuk ketika dihubungi. Setelah hampir dua tahun jauh dari Roby dan hampir setengah tahun tak ada hubungan lagi Lia menghadari hari harinya dengan uring-uringan dan pada suatu hari ia menelpon Roby tiba-tiba yang ngangkat cewek trus bilangnya salah sambung. Lia langsung nangis dan kesal dengan Roby yang tega teganya nyelingkuhin dia yang selama ini bertahan setia untuk Robynya seorang.
            Lia memang marah dengan Roby bahkan dia benci sebenci bencinya namun rasa marah dan bencinya kalah dengan rasa cinta serta rasa rindunya. Pada akhirnya ia menghubungi seorang temannya yang juga kuliah di luar negri dan di kabarkan satu kampus dengan Roby. Setelah mendapatkan nomer dan alamat sosial media seorang teman mereka waktu SMA yang bernama Yoga, Lia menghubungi dan bertanya banyak tentang Roby namun betapa terkejutnya Lia setelah tau kalau Roby tak pernah kuliah di luar negri. Kemudian ia pun mencari tahu lagi tentang keberadaan Roby namun tak ada hasil keluarga Roby pun sudah tak ada yang bisa dihubungi lagi, alamat rumahnya pun sudah pindah dan rumahnya sudah lama kosong kata tetangga rumah Roby.
            Seminggu setelah kedatangan Lia kerumah Roby yang sudah lama kosong tiba-tiba hp nya di telpon sebuah nomer baru yang tidak Lia kenal. Suara perempuan yang asing di telinga Lia.
“halo, ini bener Lia?”
“ia.. ini saya, ini siapa yah?”
“kamu nggak perlu tau siapa aku, yang pasti mulai sekarang kamu harus lupaiin Roby”
“hah? Emang lo siapa? Eh bilangin yah sama Roby nggak perlu membuat aku tersenyum kalau akhirnya bikin nangis juga dan bilangin juga sama dia kalau aku benci banget sama dia” Lia langsung membanting tubuhnya ke kasur dan menutup telpon kemudian isak tangis pun menggema di kamar kesayangannya yang di setiap sudut terdapat foto kenangannya bersama Roby.
            Kenangan yang terukir di sekeliling kamarnya tak terlihat lagi, semuanya sudah tersimpan dalam sebuah kotak yang siap dibuangnya, benda terakhir yang akan dimasukkannya dalam kotak tersebut adalah liontin yang diberikan Roby pada saat mereka LDR. Setelah kalung itu lepas dari lehernya tiba-tiba ibu mengetuk pintu dan memberikan sebuah surat dan sebuah paket  kepada Lia namun, nama pengirimnya tidak tertulis. Melihat sebuah surat dan sebuah paket yang tidak jelas pengirimnya Lia tidak membukanya dan menaruhnya di bawah meja belajarnya, kemudian ia keluar dan membakar kotak yang berisi seribu kenangan masa lalunya yang pahit. Setelah membakar kotak Lia kembali masuk ke dalam kamar dan menangis mengingat betapa jahatnya orang yang sangat dikasihinya, lalu matanya tertuju pada sebuah liontin yang tak sempat ia masukan kedalam kotak, entah kenapa hatinya sangat berat untuk membakar liontin itu.
            Sudah hampir lebih satu minggu Lia mengurung diri di kamar, ibu Lia tahu kalau putrinya sedang tertekan hatinya, sebagai seorang ibu, mama Lia selalu mencurahkan segala kasih sayangnya kepada Lia agar sakit hati putrinya berkurang, mengajak Lia nonton, jalan-jalan, dan hal hal yang dahulu sangat disukai Lia namun, hasilnya percuma Lia tetap saja murung. Pernah pada suatu ketika mama Lia memperkenalkan Lia dengan cowok anak temannya arisan, anak cowoknya ganteng dan ramah namun tetap tak menggetarkan hati Lia, ia malah mengajak ibunya untuk pulang dengan alas an sakit kepala.
            Sekian lama uring-uringan di kamar kemudian mata Lia tertuju pada sebuah paket dan di atasnya terdapat sebuah surat yang sudah lama ia terima namun tak pernah disentuhnya. Entah kenapan hari itu Lia mulai penasaran dengan kiriman itu, setelah kiriman itu diambilnya dan mencari-cari kembali nama pengirimnya namun memang benar kata mama Lia kalau pengirimnya tidak ada. Lia memang tak menemukan nama pengirim namun ia menemukan sebuah puisi yang taka sing baginya puisi berjudul “GULALI” yang membuat air matanya seketika menetes dan mengalir. Ya.. itu puisi yang pernah di bacakan Roby buat dia waktu malam ulang tahunnya di bulan bahasa waktu mereka sekolah dulu. Dengan iringan tangisan Lia membuka paket tersebut dan di dalamnya terdapat sebuah gulali yang sudah lama, gulali itu sudah mencair menjadi air gula berwarna biru. Kemudian bergegas Lia membuka surat yang dikirim oleh orang yang sangat dicintainya itu.
“hai… gulaliku”
Sayang… waktu kau baca surat ini aku mohon agar kau menyapu air matamu dulu, aku tau kamu sedih, kamu lagi nangis kan, kamu memang cengeng ah. Sudahlah… jangan menangis, kamu bayangkan saja sekarang kamu dan aku lagi makan gulali biru yang melambangkan tanda cinta kita. Tapi kali ini kita makan gulalinya beda tempat yah.. soalnya aku nggak bisa menemenin kamu dari dekat lagi, tapi kamu harus tetap makan gulali yang aku kirimkan. Ma’af yah… dulu aku bohongin kamu, sebenarnya aku keluar negri bukan untuk kuliah, tapi untuk berobat, supaya aku bisa sehat dan bisa melindungin kamu lagi, aku menderita penyakit jantung sayang dan dokter bilang umurku sudah tak cukup lama lagi, makanya aku bilang ke kamu aku mau pergi, aku pergi memang perlahan-lahan supaya kamu bisa lupain kamu, sekali lagi aku minta ma’af yah aku sering marahin kamu waktu kita jauh , itu semua aku lakuin agar kamu benci sama aku. Setelah kamu baca surat ini, mungkin aku sudah nggak ada lagi, kamu jangan sedih lagi yah sayang… nanti jantung aku sakit lagi. Aku sayang banget sama kamu, cewek yang waktu itu nelpon kamu itu sepupu aku, aku maksa dia untuk pura-pura jadi kekasih aku yah.. itupun juga untuk membuat kamu benci sama aku. Kamu sekarang pasti cantik banget, manis banget, semanis gulali yang sering kita makan dan semanis kenangannya. Tapi kenangan itu harus kamu lupakan, karna pelindung barumu akan segera hadir dan jangan pernah menolak kehadirannya ya sayang. Aku mencintaimu semanis gulali namun kau pasti tahu kalau gulali itu juga akan mengecil pada akhirnya. Pesan terakhirku, jangan pernah menutup hatimu untuk siapapun, Warnai harimu seindah warna warni gulali.
“I LOVE YOU LIA”

            Lia tak menyangka orang yang ia kira jahat dan membuatnya menderita ternyata lebih menderita dari pada dirinya. Kini ia mengerti makna cinta sejati yang tak harus memiliki. Sekarang Lia sudah menikah dan mempunyai seorang anak laki-laki yang di beri nama Roby, nama itu diberikan oleh suaminya sendiri yang bernama Reza sepupu dari Roby. Lia memang masih mencintai Roby namun karena kebaikan Reza ia mampu melupakan Roby dengan perlahan, Reza yang mengerti perasaan Lia selalu berusaha membahagiakan istrinya karena ia tahu kalau ketulusan akan mengalahkan segalanya, kini setiap sore sabtu Lia tak lagi makan gulali di taman, sekarang setiap sore sabtu Lia selalu mengunjungi makam Roby bersama Roby junior dengan membawa bunga matahari, Reza pun kalau sedang tidak sibuk dengan pekerjaannya juga ikut mengunjungi makan sepupunya.

2 komentar: